BAB V Meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam di Indonesia

7/1/20253 min read

kedatangan Islam di Indonesia berkat jasa para ulama yang menyebarkan Islam secara damai. Sehingga mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Penting untuk kalian ketahui bahwa Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan Islam di Mesir, Arab Saudi dan lain sebagainya. Hal ini terkait dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia yang memiliki lintasan garis sejarahnya tersendiri.

1. Masuknya Agama Islam di Indonesia

a. Teori Gujarat oleh Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje

Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat. Snouck Hurgronje berkeyakinan bahwa tidak mungkin Islam masuk ke Indonesia langsung berasal dari Arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di Gujarat, India. Wilayah Kerajaan Samudra Pasai merupakan daerah pertama penerima ajaran agama Islam, yakni pada abad ke-13 Masehi. Teori ini tidak menjelaskan secara rinci antara masuk dan berkembangnya Islam di wilayah ini. Tidak ada penjelasan mengenai mazhab apa yang berkembang di Samudra Pasai. Maka muncul pertanyaan besar, mungkinkah saat Islam datang langsung mampu mendirikan kerajaan yang memiliki kekuasaan politik besar?

b. Teori Makkah oleh Prof. Dr. Buya Hamka

Menurut teori ini, Islam masuk dari Persia dan bermazhab Syi’ah. Pendapat ini didasarkan pada sistem mengeja bacaan huruf Al-Qur`an, terutama di Jawa Barat yang menggunakan ejaan Persia. Teori ini dipandang lemah, karena tidak semua pengguna sistem baca tersebut di Persia sebagai penganut Syi’ah. Pada saat itu, Baghdad sebagai ibu kota Kekhalifahan Bani Abbasiyah yang mayoritas khalifahnya merupakan penganut Ahlussunnah wal Jama’ah. Lebih dari itu, adanya fakta bahwa mayoritas muslim Jawa Barat bermazhab Syafi’i sekaligus berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah, bukan pengikut Syi’ah.

c. Teori Persia oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat

Buya Hamka menggunakan berita yang diangkat dari Berita Cina Dinasti Tang sebagai acuan teori ini. Menurutnya, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Berdasarkan Berita Cina Dinasti Tang, ditemukan pemukiman saudagar Arab di wilayah pantai barat Sumatera. Dari sini disimpulkan Islam dibawa masuk ke Indonesia oleh para saudagar yang berasal dari Arab. Jika kita perhatikan, kerajaan Samudra Pasai didirikan pada abad ke-13 M atau tahun 1275 M, artinya bukan awal masuknya Islam tetapi merupakan perkembangan agama Islam.

2. Perkembangan Kesultanan di Indonesia

Masa perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Islam, seperti Kesultanan Samudra Pasai (abad ke-13) dan Kesultanan Leran (abad ke-11). Perubahan dari kerajaan menjadi kesultanan terjadi karena banyak raja Hindu yang memeluk Islam untuk mempertahankan kekuasaan, mengingat mayoritas rakyatnya sudah memeluk Islam. Islam diterima dengan baik karena syaratnya mudah dan tidak mengenal sistem kasta.

Pengaruh politik luar, seperti dari Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, hingga Kesultanan Turki Utsmani, turut mendorong tumbuhnya kesultanan Islam di Indonesia. Selain itu, perkembangan Islam di India (Kerajaan Moghul) dan Cina juga memengaruhi penyebaran Islam di Nusantara, termasuk pembangunan masjid dan pesantren.

Kesultanan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, seperti dicatat oleh Ibnu Batutah pada 1345 M. Hal ini digunakan Buya Hamka untuk menolak teori Gujarat yang diajukan Snouck Hurgronje, karena Gujarat bermazhab Syi’ah, sedangkan Samudra Pasai bermazhab Syafi’i. Buya Hamka berpendapat bahwa Islam datang langsung dari Makkah.

Sejarawan kolonial Belanda membagi sejarah Indonesia ke dalam empat zaman, menempatkan Islamisme setelah Hindu-Buddha dan menyebut abad ke-15 sebagai awal masuknya Islam, yang dikaitkan dengan Kesultanan Demak dan Wali Songo. Padahal, Islam sudah mulai didakwahkan di Indonesia sejak abad ke-7 M, menjadikan abad ke-15 sebagai periode perkembangan, bukan masuknya Islam.

3. Tokoh Penyebar Ajaran Islam di Indonesia

Meurah Silu, yang dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh, adalah pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Samudra Pasai yang berdiri pada tahun 1267 M. Ia memeluk Islam setelah bertemu dengan Syekh Ismail dari Mekah, kemudian memimpin selama 29 tahun. Kesultanan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Peurlak dan Kerajaan Pase. Sebagai tokoh penyebar Islam di Nusantara dan Asia Tenggara, Sultan Malik al-Saleh dikenal memiliki kekayaan dan pengaruh besar. Hal ini dicatat oleh Marco Polo, yang mengunjungi Samudra Pasai selama masa pemerintahannya. Sultan Malik al-Saleh wafat pada tahun 1297 M dan dimakamkan di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra, dekat Lhokseumawe. Makamnya bertuliskan aksara Arab yang menyanjungnya sebagai pemimpin yang kuat dalam ibadah dan penakluk. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Sultan Muhammad Malik al-Zahir, yang memerintah dari tahun 1297 hingga 1326 M.

  1. Sultan Malik al-Saleh

  1. Sultan Ahmad (1326 – 1348 M)

Beliau merupakan sultan Samudera Pasai yang ketiga, bergelar Sultan Malik al-Thahir II. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang penjelajah dari Maroko, yaitu Ibnu Batutah. Menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan dan kemajuan agama Islam. Beliau berusaha keras untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di sekitar Samudra Pasai.

  1. Walisongo

Wali Songo merupakan sembilan wali atau sunan yang menjadi pelopor penyebaran Islam di Pulau Jawa. Mereka adalah (1) Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), (2) Raden Rahmat (Sunan Ampel), (3) Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), (4) Raden Paku (Sunan Giri), (5) Syarifuddin (Sunan Drajat), (6) Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga), (7) Ja’far Shadiq (Sunan Kudus), (8) Raden Umar Said (Sunan Muria), (9) Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Mereka menggunakan berbagai saluran dakwah, di antaranya kebudayaan, kesenian, pendidikan, pernikahan, perdagangan, dan politik. Penyebaran Islam di seluruh wilayah Nusantara dipengaruhi oleh jalur perdagangan dari berbagai negara, seperti Persia, India, dan Arab. Selain berdagang, mereka juga berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Selain itu, proses dakwah Islam melalui pesantren yang digagas oleh Wali Songo sangat efektif untuk menyebarkan Islam ke pelosok pedesaan.