وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (40) وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)

Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di antaranya ada pula orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.”(40), “Dan jika mereka tetap mendustakan Muhammad maka katakanlah,’Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (41) (QS. Yusuf: 40-41).

Pengertian toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi artinya sifat toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Sifat toleran di sini maksudnya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan kata tolerance yang berarti toleransi, kesabaran, dan kelapangan dada.

Sedangkan toleransi dalam bahasa Arab sebagaimana dalam Mu‘jam Maqayis al-Lughah disebut dengan istilah tasamuh. Kata tasamuh adalah bentukan dari kata samaha, yang secara bahasa berarti lembut dan mudah. Sedangkan menurut Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, tasamuh berarti berkisar antara kemurahan hati, mudah memaafkan, lapang dada, kesabaran, ketahanan emosional, menenggang rasa, menghargai, dan sebagainya. Selain tasamuh, toleransi dalam Bahasa arab disebut dengan kata alsamhah. Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan al-‘Arab, samhah berarti tidak menyusahkan dan tidak memberatkan. Berdasarkan hal tersebut samhah sama dengan moderat, yakni berada di pertengahan, tidak condong pada salah satu sisi. Kemoderatannya ditunjukkan dengan ajaran Islam yang mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan umatnya.

Dari pengertian tersebut kata kunci dari toleransi adalah menghargai orang lain yang berbeda baik pendapat, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya dengan pendirian sendiri. Orang yang toleran adalah orang yang memiliki kesabaran, kelapangan dada, dan daya tahan.

Contoh-Contoh Sikap Toleransi

Untuk memantabkan pemahaman bahwa Islam mengajarkan tentang toleransi, silahkan kalian perhatikan contoh sikap toleransi yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dan ulama’ di Indonesia. Secara umum, dalam contoh ini dibagi menjadi dua, yaitu toleransi internal (sesama umat Islam) dan eksternal (antarumat beragama) yang dijelaskan sebagai berikut.

a) Toleransi internal umat Islam

Diceritakan dari Abi Mas’ud al-Anshari, bahwa seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang.” Maka aku belum pernah melihat Nabi Saw memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: “Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah (tidak melamakan) shalatnya. Karena di antara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan.” (H.R. Al-Bukhāri).

Contoh sikap toleransi lain adalah yang dilakukan ulama Indonesia KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdullah Faqih Maskumambang. KH. Hasyim Asy’ari menggunakan bedug di masjid Pesantren Tebuireng. Hal ini bertentangan dengan pendapat KH. Abdullah Faqih Maskumambang Gresik yang tidak menggunakan bedug di masjid pondoknya, namun menggunakan kentongan. Saat Kiai Hasyim berkunjung ke Kiai Maskumambang, Kiai Faqih yang berbeda pendapat dengan Kiai Hasyim justru memerintahkan kepada pengurus mushalla dan masjid di sekitar Maskumambang untuk sementara mengganti kentongan yang ada dengan bedug. Begitu pula dengan sebaliknya saat kiai tersebut berkunjung ke Tebuireng.

b) Toleransi antarumat beragama

Adapun tuntunan agama tentang toleransi antarumat beragama dapat ditemukan Q.S. al-Mumtahanah ayat 8 berikut ini: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. al-Mumtahanah/60: 8).

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menegaskan tidak melarang berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang berbeda agama yang tidak memerangi dan tidak mengusir dari tempat tinggal. Melalui ayat ini, Allah Swt. ingin menghilangkan keraguan umat muslim dalam kaitannya hubungan mereka dengan orang kafir yang tidak memerangi dalam hal agama dan mengusir umat muslim dari tempat tinggal mereka. Dengan demikian, dalam hubungan sosial seorang muslim juga dapat menjalin hubungan baik dengan orang nonmuslim. Dalam ayat ini mengajarkan agar umat muslim dapat berbuat baik dan memberikan keadilan kepada mereka. Inilah tuntunan yang diajarkan al-Qur’an dalam kaitannya membangun toleransi, saling menghargai antarumat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Pesan dalam Q.S. Yūnus /10: 40-41

Pesan yang terkandung dalam Q.S. Yūnus/10:40-41, Apabila dikaitkan dengan kehidupan saat ini, khususnya dalam menciptakan toleransi, adalah:

• Ayat-ayat yang berbicara tentang akidah atau keimanan, hendaknya dijadikan panduan bagi kalian sebagai individu, bukan untuk mengukur dan menilai keimanan orang lain. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, keimanan adalah perbuatan hati yang kalian tidak dapat mengetahuinya dengan panca indera. Hanya Allah Swt. yang berhak menilainya;

• Sebagai individu yang beriman, tetap punya tanggung jawab mengajak kepada kebaikan dengan bijak, tanpa disertai dengan paksaan. Adapun hasilnya diserahkan kepada Allah Swt. Seseorang tidak perlu memaksakan kehendak bahkan sampai marah ketika ada orang yang tidak dapat menerima ajakan kebaikan yang kalian lakukan;

• Menghargai orang lain dalam semua perbedaan. Jika ingin dihargai orang lain, maka kalian juga harus menghargai orang lain. Toleransi kepada orang lain dalam berinteraksi sosial menjadi pondasi untuk mewujudkan kedamaian dan kerukunan di masyarakat.

Dari penjelasan Q.S. Yūnus/10: 40-41 dan hadis terkait sebelumnya, menjadi dasar bagi kalian, calon pemimpin bangsa masa depan mempunyai dan membiasakan sikap toleransi baik sesama umat Islam maupun dengan antaragama lain dalam kehidupan sehari-hari. Sikap toleransi ini penting dimiliki dan menjadi budaya pelajar SMA/SMK, karena negara Indonesia, masyarakatnya beranekaragam suku, bahasa, budaya, dan agama