Bab 1 Sabar Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian 5

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ

الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ  ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”.* (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)”.

Tafsir qs al baqoroh 155-156

155. Allah mengabarkan bahwa sudah terjadi keharusan bagi hamba-hambaNya untuk diuji dengan segala cobaan, agar jelas orang yang benar dan orang yang berdosa, orang yang sabar dengan orang yang tidak sabar, dan ini adalah sunnah Allah pada hamba-hambaNya. Karena suatu kesenangan itu bila terus berlanjut bagi orang-orang yang beriman dan tidak diiringi dengan suatu cobaan, niscaya akan terjadi di campur aduk yang merupakan kerusakan baginya, ke mahabijaksanaan Allah memastikan untuk memilah-milah antara orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat. Inilah manfaat dari cobaan dan ujian bukannya untuk menghilangkan keimanan yang ada pada seorang hamba yang beriman, dan tidak pula untuk memalingkan mereka dari agamanya, karena Allah tidak menyia-nyiakan keimanan kaum Mukminin.

Allah mengabarkan dalam ayat ini bahwasanya Dia akan menguji hamba-hambaNya “dengan sedikit ketakutan” dari musuh-musuh “dan kelaparan” Yakni, dengan sesuatu yang sedikit dari keduanya, karena apabila Allah menguji mereka dengan seluruh ketakutan atau seluruh kelaparan niscaya mereka akan binasa, sedangkan cobaan-cobaan itu hanya membersihkan bukannya untuk membinasakan, “dan kekurangan harta” yang meliputi seluruh kekurangan yang bersangkutan dengan harta, baik bencana dari langit, tenggelam, kehilangan, raja-raja yang dholim, dan perompak jalanan yang merampas harta dan sebagainya.

“Dan jiwa” yaitu perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat karib, dan teman sejawat, dan dari berbagai macam penyakit pada tubuh seorang hamba atau tubuh orang yang dicintainya, “dan buah-buahan” yaitu biji-bijian hasil pohon kurma dan segala macam pepohonan serta sayur-mayur dengan adanya hawa dingin, gemuruh, kebakaran dan penyakit dari langit seperti adanya hama belalang atau semacamnya. Hal-hal tersebut pasti akan terjadi karena Allah Maha Mengetahui lagi maha mengamati, telah mengabarkan tentangnya dan akhirnya terjadilah apa yang dia kabarkan, maka apabila semua itu terjadi di bagi lah manusia ke dalam 2 golongan, orang-orang yang berkeluh kesah dan orang-orang yang sabar.

Orang yang tidak sabar mendapatkan dua musibah, hilangnya sesuatu yang dicintai yaitu adanya musibah tersebut dan hilangnya sesuatu yang lebih besar dari hal pertama, yaitu pahala dengan menunaikan perintah Allah yaitu bersabar, akhirnya dia memperoleh kerugian dan kehampaan serta kekurangan iman, yang ada padanya juga kehilangan kesabaran dan rasa syukur, namun yang ia dapatkan hanyalah kemurkaan yang menunjukkan bahwa banyaknya kekurangan.

Adapun orang yang diberi Taufik oleh Allah dengan kesabaran ketika terjadinya musibah, ia akan menahan diri dari mencaci maki baik secara lisan maupun perbuatan. Ia hanya mengharap pahala di sisi Allah dan ia tahu bahwa kesabarannya lebih besar daripada musibah yang menimpa dirinya, bahkan musibah itu menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi dirinya. Karena musibah itu menjadi Jalan untuknya dalam memperoleh sesuatu yang lebih baik baginya dan lebih bermanfaat dari musibah itu. Sesungguhnya ia telah menunaikan perintah Allah untuk bersabar yang akhirnya ia memperoleh pahala. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang bersabar,” maksudnya, kabarkanlah berita gembira bahwa mereka akan mendapat pahala mereka tanpa batas. Orang-orang yang bersabar adalah mereka yang berhasil dengan kabar gembira yang agung dan pemberian yang besar, kemudian Allah menjelaskan tentang mereka dengan firman-Nya

156. “Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah,” yaitu segala hal yang menyakitkan hati atau tubuh atau keduanya dari segala hal yang telah disebutkan sebelumnya “mereka mengucapkan innalillah,” maksudnya, kami adalah milik Allah yang diatur di bawah perintah dan kekuasaannya. Kami tak punya hak sedikitpun terhadap harta maupun diri kami sendiri, bila Dia menguji kami dengan mengambil atau memusnahkan sesuatu darinya, maka pada hakikatnya Dia yang maha pengasih telah melakukan tindakan terhadap hamba-hamba miliknya dan harta-harta mereka. Oleh karena itu tidak perlu ada gugatan sama sekali terhadap semua itu bahkan termasuk kesempurnaan penghambaan seorang hamba adalah pengetahuannya bahwa terjadi suatu cobaan itu adalah dari yang memiliki lagi maha bijaksana, yang mana dia adalah dzat yang paling pengasih terhadap hamba-Nya daripada diri hamba itu sendiri. Dengan demikian, hamba itu haruslah Ridho terhadap Allah dan bersyukur kepadaNya atas pengaturannya kepada sesuatu yang lebih baik bagi hamba-Nya walaupun hamba itu sendiri tidak sadar akan hal tersebut.

Dan keadaan bahwa kami ini milik Allah, bersama itu kami juga akan kembali kepadaNya pada hari kebangkitan nanti. Lalu Dia akan membalas setiap perbuatan dari pelakunya, bila kami bersabar dan hanya mengharap pahala di sisi-Nya kami akan memperoleh ganjaran secara sempurna disisi-Nya, namun bila kami tidak bersabar dan mencaci-maki niscaya kami tidak memiliki apa-apa kecuali hanya murka dan lenyapnya pahala. Keberadaan seorang hamba bahwa dia milik Allah dan akan kembali kepadaNya adalah faktor terbesar yang menyebabkan tumbuhnya kesabaran.

a. Makna Sabar Dalam Menghadapi Cobaan dan Ujian

Di antara perkara yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sifat sabar. Sabar secara bahasa artinya tertahan, sebagaimana perkataan Jabir 

Dari Jabir ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh binatang dengan cara ditahan.” (HR. Muslim)

Kata sabar dalam hadits di atas yang menjadi akar kata dari sabar. Adapun secara istilah, sabar adalah menahan diri dalam melaksanankan sesuatu dan menjauhi sesuatu. Sehingga deinisi sabar akan tercakup dalam 3 macam yang akan kita bahas pada poin berikut ini.

a) Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. sebagaimana irman-Nya berikut ini: 

Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah dalam memerintahkannya.” (QS. haha: 132)

Ayat di atas menunjukkan perintah sabar dalam melaksanakan taat, seperti seorang suami yang harus sabar dalam mengajak istrinya untuk mengerjakan salat. Memang seperti itu tugas seorang suami, ia harus dapat memimpin bahtera rumah tangganya dan mengajak istri serta anggota keluarganya untuk melakukan kebaikan. Allah Swt. berirman:

Artinya: “Dan bersabarlah kamu terhadap orang-orang yang senantiasa berdoa kepada Rabbnya di waktu pagi dan sore hari dengan mengharap wajahNya.” (QS. Al-Kahi/18: 28).

Ayat tersebut berisi pesan perintah agar sabar terhadap orang-orang baik yang selalu berdoa dan mengajak di jalan Allah Swt. dalam berkawan tentunya ada hal yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu kita wajib bersabar jika menemui hal yang tidak menyenangkan dari kawan kita.

b) Sabar dalam menjauhi kemaksiatan

Saat ini masyarakat dengan adanya kemudahan berinternet harus bias menghindari maksiat seperti ghibah dalam bermedia social, menyakiti orang lain dengan membully, mencaci maki orang lain, dan menghindari membunuh orang lain.

c) Sabar dalam menerima takdir Allah Swt.

Sabar jenis yang ketiga adalah dalam menerima takdir yang Allah berikan. sebagaimana irman-Nya:

Artinya: “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (QS. Al-Insan: 24).

Apabila seorang muslim mengalami takdir yang kurang baik seperti musibah sakit atau kematian, ingatlah bahwa para rasul pun mempunyai cobaan jauh lebih berat dibandingkan dengan kita semua.

Demikian tiga macam kesabaran yang disebutkan dalam Al-ur’an. Semuanya memiliki tingkatan keutamaan yang berbeda tergantung pribadi masing-masing. Ada yang lebih utama bersabar dalam menjauhi maksiat, disebabkan lebih sulit baginya dibandingan melakukan ketaatan. Ada pula yang lebih utama bersabar dalam takdir Allah Swt., disebabkan lebih sulit baginya dibandingkan untuk menjauhi maksiat.

b. Menerapkan Prinsip Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian

Banyak manusia yang berhasil menjalani ujian kesulitan dengan baik, meskipun mereka tidak beriman kepada Allah Swt. Tetapi sedikit sekali orang kair yang mampu melewati ujian kesalahan disebabkan tidak mendapatkan petunjuk yang mereka dapat dari Allah Swt. Akibatnya mereka terus mengulangi kesalahan dan dosa yang sama dari waktu ke waktu.

Begitu juga halnya dengan ujian kesenangan, sebagian manusia yang terlena oleh berbagai kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka lupa kepada Allah Swt. Dalam menghadapi berbagai ujian, ada beberapa sikap yang wajib dilakukan seorang mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera mengucapkan “innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun” setiap kali mendapat musibah. Ketiga, bertawakal kepada Allah. Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah. Untuk itu, ada empat hal yang wajib kita lakukan saat bertawakal:

a) Hindari menyandarkan hati kepada selain Allah. Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat menghadapi satu masalah atau musibah, pertolongan Allah akan semakin jauh dari kita.

b) Hindari melakukan ikhtiar dengan mudarat yang lebih besar dari pada manfaat. Misalnya, ketika kita sebagai anak memiliki masalah dengan saudara kita, dan padahal kita sudah berupaya berbuat baik kepadanya tapi ditolaknya, maka alangkah baiknya kita bermunajat kepada Allah agar dilunakkan hatinya. Bukan malah mencari pelarian dengan curhat persoalan keluarga kita di media sosial yang menyebabkan persoalan kita diketahui oleh masyarakat umum.

c) Saat bertawakal, kita wajib berserah diri sepenuh hati kepada Allah dari awal hingga berakhirnya urusan. Dengan berserah diri kepada Allah, kita akan menjadi tenang dan dapat menerima apa pun hasil ikhtiar dengan lapang dada.

c. Manfaat Menjaga Kesabaran Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian

Sabar yang diartikan sebagai tahan menghadapi cobaan dan ujian, tidak mudah marah dan tidak lekas putus asa. Sabar juga berarti tenang dan dapat mengendalikan emosi dan diri saat diterpa banyak bencana, cobaan dan ujian. Keutamaan dan janji Allah untuk orang yang sabar banyak terdapat dalam Al-ur’an. Berikut keutamaan dan balasan bagi orang yang sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan:

a. Memperoleh kesudahan yang baik Allah Swt. menjanjikan kepada orang-orang yang sabar bahwa mereka akan memperoleh kesudahan yang baik. Firman Allah dalam surat ar-Ra’d ayat 22.

Artinya: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menakahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),” (ar-Ra’d: 22)

b. Memperoleh Keberuntungan Allah Swt. akan memberikan keberuntungan bagi orang-orang yang sabar, sesuai dengan irman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 200.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).

c. Memperoleh cinta Allah Swt. Allah Swt. sangat mencintai orang-orang yang sabar ketika mereka diuji sebagaimana irman-Nya:

Artinya: “Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari peng-ikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpa-nya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah Mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146)